Tampilkan postingan dengan label Kota Manado. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kota Manado. Tampilkan semua postingan

Pemukiman Kumuh dan Ketahanan Sosial Ekologi Kota Manado

 


(Prof. Dede, kedua dari kanan dan Dr. Tery, paling kiri, saat menyapaikan materi) 
Bee Institute - Yayasan Bina Lentera Insan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi dan Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial-HIVOS (salah satu anggota konsorsium Project RISE), bersama menyelenggarakan diskusi publik dengan tema “Ketangguhan Sosial Ekologi dan Kesejahteraan Warga Permukiman Kumuh di Kota Manado” pada tanggal 7 Desember 2023 di Gedung K1 Aula lt 4 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unstrat.

Kegiatan yang merupakan bentuk desiminasi hasil penelitian Proyek RISE ini menghadirkan dua narasumber utama. Pertama, Prof. Dede Rochmat, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, mempresentasikan materi dengan judul, “Perubahan Iklim dan Dampaknya terhadap Perubahan Pola Hujan dan Potensi Bencana di Kota Manado.” Kedua, Dr. Tery Setiawan, Universitas Radboud Belanda/Universitas Kristen Maranata Bandung, menyapaikan materi, “Memaknai Kebahagiaan  Relasional Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Individu.”

Prof. Dede menyampaikan bahwa Kota Manado memiliki karakter mudah terdampak banjir karena dilalui beberapa aliran sungai. Menurut beliau, untuk mengurangi resiko dan dampak banjir di Kota Manado, khususnya bagi warga yang menempati wilayah pemukiman kumuh, perlu dilakukan penanganan lingkungan hidup dalam bentuk program. Salah satu penanganan yang beliau tawarkan adalah program pengendalian aliran sungai dengan pola Micro DAS (daerah aliran sungai) dari hulu ke hilir. Dengan pola ini, masyarakat bersama dengan pemerintah dapat mengelola Micro DAS di wilayah masing-masing. Beliau menegaskan, Micro DAS tidak sama dengan Sub-DAS.

Sementara itu, Dr. Tery menegaskan bahwa warga yang tinggal di lingkungan kumuh akan sulit merasakan kesejahteraan sosial (social well-being) apabila persoalan banjir yang sering menimpa mereka tidak ditangani dengan baik.

Pola hidup berkelanjutan perlu dikampanyekan secara serius, khususnya oleh pemerintah, melalui lembaga-lembaga pendidikan formal. Pendidikan kita secara umum, dari dulu hingga hari ini, mulai dari tingkat paling bawah hingga tingkat paling tinggi, masih gagal mengubah pola pikir dan perilaku warga negara kita. Kesadaran sebagian besar warga Indonesia dalam hal kehidupan yang berkelanjutan masih rendah. Untuk membuktikan itu, tidak perlu melakukan penelitian serius, cukup mengamati pola hidup mereka sehari-hari, termasuk kelompok pendidik. Kita dapat menyaksikan perilaku yang tidak berkelanjutan. Lalu, selama ini, apa yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi?

  



Pemukiman Kumuh dan Ketahanan Sosial Ekologi Kota Manado

  (Prof. Dede, kedua dari kanan dan Dr. Tery, paling kiri, saat menyapaikan materi)  Bee Institute - Yayasan Bina Lentera Insan, Fakultas Ke...